Kamis, 19 Desember 2013

UPAYA MENINGKATKAN MUTU PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SD NEGERI SAMBIROTO DENGAN PEMAHAMAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI












UPAYA MENINGKATKAN MUTU
PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SD NEGERI SAMBIROTO
DENGAN PEMAHAMAN
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI











Oleh:

   TRISNO WIDODO, S. Pd








DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK
                    PROPINSI JAWA TENGAH
2012



1








KATA PENGANTAR



Bismillahirrahmananirrahim
Segala  puji  dan  syukur  penulis  panjatkan  kehadirat  Illahi  Robii,
bahwa atas rahmat dan karunia-Nya memberikan penulis kekuatan lahir dan
batin  untuk  menyelesaikan  penulisan  makalah  yang  berjudul “Upaya
Meningkatkan  Mutu  Proses  Belajar  Mengajar  di  SD Negeri Sambiroto  dengan Pemahaman Kurikulum Berbasis Kompetensi”.
Penyusunan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk kenaikan tingkat golongan IV/a ke golongan IV/b pada
lingkungan kerja Dinas Pendidikan Kabupaten Demak.
Dalam penyelesaian malakah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai  pihak,  yang  penuh  kerelaan,  keikhlasan,  dan  kesabaran  dalam memberikan  dukungan  baik  moril  maupun  materil.  Untuk  itu,  pada kesempatan  ini,  izinkanlah  penulis  mengucapkan  terima  kasih  dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Dengan segala kerendahan hati penulis memohon bantuan kepada semua pihak yang berkepentingan untuk memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar dapat memberikan bekal kepada penulis untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Harapan penulis, semoga amal baik, nasehat, dan do’a serta bantuan yang telah diberikan mendapatkan ridlo dan imbalan yang melimpah dari Allah SWT. Amiin.
Kecamatan Gajah,        Maret 2012


Penulis


2









LEMBAR PENGESAHAN


Judul Makalah:   UPAYA  MENINGKATKAN  MUTU  PROSES  BELAJAR
MENGAJAR DI SD NEGERI SAMBIROTO DENGAN PEMAHAMAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI


KEPALA SD NEGERI SAMBIROTO                                      PENULIS




IMRONI, S. Pd                                                                 TRISNO WIDODO, S. Pd










BAMBANG H.P
NIP. 131 317 691








BAB I

PENDAHULUAN



A.  Latar Belakang Masalah
Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan
proses   pembelajaran,   karena   guru   merupakan “key   person”   yang
berhadapan langsung dengan siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar.
Guru harus dapat menciptakan suasana yang kondusif agar siswa bersedia
terlibat   sepenuhnya   pada   kegiatan   pembelajaran,   sehingga   tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Mengingat  begitu  pentingnya  peranan  guru  dalam  menentukan keberhasilan pembelajaran tersebut, maka guru dituntut memiliki kinerja yang tinggi, yaitu seperangkat kemampuan kerja/unjuk kerja guru dalam menjalankan  tugas-tugasnya,  terutama  dalam  melaksanakan  kegiatankegiatan  yang  berhubungan  dengan  proses  belajar  mengajar  secara profesional sesuai etika profesi keguruan.
Kinerja guru sangat berhubungan dengan kemampuan dan motivasi dalam menjalankan tugas-tugasnya dengan baik dan benar. Kemampuan dan motivasi guru dalam menjalankan tugasnya tersebut dapat diperoleh melalui suatu pembinaan khusus sesuai kualifikasi yang diharapkan, baik internal maupun eksternal


4




Dalam  lembaga  sekolah,  kepala  sekolah  sebagai  pimpinan  harus memberikan  perhatian  secara  sungguh-sungguh  terhadap  usaha-usaha mendayagunakan, memajukan dan meningkatkan kinerja guru di sekolah secara  terus  menerus.  Orientasi  dari  pembinaan  kepala  sekolah  ini diarahkan  pada  peningkatan  kinerja  guru  yang  meliputi:  pertumbuhan keilmuan, wawasan berpikir, sikap terhadap pekerjaan dan keterampilan guru dalam melaksanakan tugasnya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka kepentingan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan/mendeskripsikan upaya yang dilakukan Kepala Sekolah sebagai pembina pendidikan di lingkungan sekolah dalam meningkatkan kinerja guru, terutama guru kelas I dan IV di SD Negeri Sambiroto Kecamatan Gajah.


B.  Perumusan  Masalah
Secara   umum   permasalahan   dalam   penelitian   ini   adalah bagaimanakah dampak upaya Kepala Sekolah dalam meningkatkan kinerja guru kelas I dan VI di SD Negeri Sambiroto Kecamatan Gajah.
Masalah umum tersebut selanjutnya diperinci sebagai berikut:
1.  Upaya-upaya  apakah  yang  dapat  dilakukan  Kepala  Sekolah  dalam
      
meningkatkan kinerja guru kelas I dan IV di SD Negeri Sambiroto Kecamatan   Kecamatan Gajah


5




2.  Upaya  Kepala  Sekolah  manakah yang paling tepat dilakukan dalam
      
meningkatkan kinerja guru kelas I dan IV di SD Negeri Sambiroto Kecamatan Gajah
3.  Seberapa  besar  dampak  dari  upaya  Kepala  Sekolah  tersebut  dapat
      
meningkatkan kinerja guru kelas I dan IV di SD Negeri Sambiroto Kecamatan
      
Kecamatan Gajah


C.  Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka secara umum tujuan yang  hendak  dicapai  melalui  penelitian  ini  adalah  untuk  memperoleh gambaran tentang dampak dari upaya Kepala Sekolah dalam meningkatkan kinerja guru kelas I dan IV di SD Negeri Sambiroto Kecamatan Gajah SD Negeri Sambiroto Kecamatan Gajah.
Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1   Untuk    mengidentifikasi   upaya-upaya    Kepala    Sekolah   dalam
      
meningkatkan kinerja guru kelas I dan IV di SD Negeri Sambiroto Kecamatan
      
Kecamatan Gajah
2   Untuk menentukan upaya Kepala Sekolah dalam peningkatan kinerja
      
guru di SD Negeri Sambiroto Kecamatan Gajah
3   Untuk  mendeskripsikan  dampak  dari  upaya  yang  dilakukan  Kepala
      
Sekolah dalam meningkatkan kinerja guru kelas I dan IV di SD Sambiroto
      
II Kecamatan Gajah
6








D.  Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian atau kerangka berpikir disusun peneliti dalam melihat  atau  memahami  fenomena  yang  diamati.     Secara  skematis, paradigma tersebut divisualisasikan dalam gambar berikut:


Gambar 1.1
Paradigma Penelitian



Kepala
Sekolah
Sebagai
Pemimpin
Sekolah





Upaya
Pembinaan
Guru






Peningkatan
Kinerja
Guru





Prestasi
Belajar
Siswa




Feed back











7








BAB II

KAJIAN TEORITIS



A.  Kinerja Guru
1.   Pengertian
Setiap  guru  sesuai  dengan  tugasnya  diharapkan  mampu
menunjukkan kinerja yang baik. Dari pelaksanaan tugasnya harus
mampu memberikan kontribusi yang maksimal terhadap pencapaian
tujuan  pendidikan  di  sekolah.  Kinerja  adalah  hasil  akhir  atau
kemampuan  kerja  seseorang  atau  sekelompok  orang  atas  suatu
pekerjaan pada waktu tertentu. Kinerja adalah sesuatu yang dicapai,
prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja (Tim Penyusun
Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud,
1994:503). Sehubungan dengan hal ini, kinerja guru dapat diartikan
sebagai “prestasi,  hasil,  atau  kemampuan  yang  dicapai  atau
diperlihatkan oleh guru dalam melaksanakan tugas pendidikannya”.
Kualitas kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu dan
dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi kompetensi yang
harus dimiliki oleh setiap guru. Oleh karena itu dalam menentukan
kualitas  kinerja  diperlukan  standar  kinerja  sebagai  bahan  acuan
penilaian.


8







2.   Kriteria Kinerja Guru
Peningkatan  kinerja  guru  oleh  Kepala  Sekolah  menaruh
perhatian utama pada upaya-upaya yang sifatnya memberikan
kesempatan   kepada   guru-guru   untuk   berkembang   secara
profesional, sehingga mereka lebih mampu dalam melaksanakan
tugas pokoknya, yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses
dan  hasil  pembelajaran.  Dengan  demikian  dapat  ditegaskan
bahwa  sasaran  utama  pemberdayaan  akuntabilitas  profesional
guru yang direfleksikan dalam kemampuan-kemampuan:
Merencanakan kegiatan pembelajaran.
Melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Menilai proses dan hasil pembelajaran.
Memanfaatkan  hasil  penilaian  bagi  peningkatan  layanan pembelajaran.
Memberikan  umpan  balik  secara  tepat,  teratur,  dan  terusmenerus kepada peserta didik.
Melayani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.

Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
Mengembangkan  dan  memanfaatkan  alat  bantu  dan  media pembelajaran.
Memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia.


9







Mengembangkan  interaksi  pembelajaran   (strategi,  metode,
dan teknik) yang tepat.

Melakukan penelitian praktis bagi perbaikan pembelajaran.
Yang perlu mendapat perhatian pula bahwa pemberdayaan
akuntabilitas profesional guru hanya akan berkembang apabila
didukung  oleh  penciptaan  budaya  sekolah  sebagai  organisasi
belajar (learning   organization),   dimana   para   anggotanya
menunjukkan   kepekaan   terhadap   masalah-masalah   yang
dihadapi dan berupaya untuk mengatasi masalah tersebut tanpa
desakan atau perintah dari pihak luar  (Djam’an Satori,  2001:
10). Guru tidak hanya bekerja menunaikan tugas dan kewajiban
yang  dibebankan  kepadanya,  melainkan  pula  memiliki  sikap
untuk  selalu  meningkatkan  mutu  pekerjaannya,  dan  oleh
karenanya  mereka  terus  belajar  untuk  mempelajari  cara-cara
yang paling baik.   Budaya ini memungkinkan terjadinya peluang
inovasi  dari  bawah (
bottom-up  innovation)  dalam  proses
pembelajaran.
Aspek   lain   yang   akan   mendukung   pemberdayaan
akontabilitas profesional guru adalah tersedianya sumber daya
pendidikan untuk mendukung produktivitas sekolah, khususnya
mendukung proses pembelajaran yang bermutu. Alat peraga, alat

10




pelajaran,  fasilitas  laboratorium,  perpustakaan  dan  sejenisnya
sangat diperlukan bagi terwujudnya proses pembelajaran yang
bermutu.  Sumber  daya  pendidikan  seperti  itu  memungkinkan
peserta  didik  terlibat  secara  aktif  melalui  variabilitas  dan
spektrum kegiatan pembelajaran yang lebih kaya. Jadi sasaran
yang  ketiga  dari  supervisi  akademik adalah  membina  kepala
sekolah dan guru-guru untuk memiliki kemampuan manajemen
sumber daya pendidikan. Kemampuan manajemen sumber daya
pendidikan  tersebut  meliputi  kemampuan  dalam  pengadaan,
penggunaan/pemanfaatan, dan merawat/memelihara.

3.    Penilaian Kinerja Guru

Penilaian  prestasi  kinerja  pengawai (guru)  pada  setiap
organisasi  perlu  dilakukan  dengan  sebaik-baiknya,  karena mempunyai arti penting baik bagi pegawai yang bersangkutan atau bagi organisasi. Menurut Sondang P. Siagian  (1997:223) mengemukakan bahwa:
Peran penilaian prestasi kerja atau  kinerja bagi para pegawai berperan  sebagai  umpan  balik  tentang  berbagai  hal,  seperti kemampuan, ketelitian, kekurangan dan potensinya, yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan jalur rencana dan  pengembangan  karir.  Bagi  organisasi,  hasil  penilaian prestasi kerja para pegawai sangat penting arti dan perananya dalam  pengambilan  keputusan  tentang  berbagai  hal  seperti identifikasi kebutuhan program pelatihan.


11




Pendapat diatas menegaskan betapa pentingnya penilaian kinerja terhadap apa yang telah dilakukan oleh guru. Beberapa tujuan pimpinan dalam penilaian kinerja meliputi:
-   Membantu meningkatkan kinerja yang telah ada.
-
  Menetapkan sasaran bagi kinerja perorangan.
-
  Menilai kebutuhan pelatihan dan pengembangan.
-
  Menyepakati rencana untuk pengembangan
-   Menilai potensi dimasa mendatang untuk kenaikan pangkat
-   Memberikan umpan balik kepada karyawan mengenai kinerja
     
mereka
-   Memberikan konsultasi keadaan karyawan mengenai peluang
      karier.
Pelaksanaan    penilaian    kinerja    merupakan    upaya
pertanggungjawaban   dari   kegiatan   pekerjaan   yang   telah
dilaksanakan. Tentunya berkaitan dengan akuntabilitas pekerjaan,
sebab  akuntabilitas  kinerja  juga  berarti  kewajiban  seseorang
individu   atau   organisasi   untuk   mempertanggungjawabkan
kinerjanya.
Untuk kepentingan memproleh data tentang kinerja guru
yang dinilai, Schuler dan Jackson  (1999:15-20) mengemukakan
bahwa  sumber  data  penilaian  kinerja dapat  diperoleh dari:  (1)
Atasan   langsung/penyelia;   Kepala   Dinas   pendidikan, (2)
12




Karyawan yang bersangkutan,  (3) Rekan sejawat atau anggota
tim; Rekan guru yang lain, (4) Bawahan karyawan yang dinilai;
Kepala        Sekolah/Guru-guru,       (5)        Pelanggan;        Peserta
didik/masyarakat,  dan    (6)   Hasil  pantauan  komputer;  hasil
dokumentasi prestasi kerja.
Adapun  tentang  kriteria  penilaian  kinerja  karyawan,
Schuler dan Jackson  (1999:10-11)  mengemukakan adanya tiga
jenis kriteria dasar penilaian kinerja yang telah diketahui, yaitu:
1)  Kriteria   berdasarkan   sifat,    memfokuskan   diri   pada
     
karakteristik pribadi seseorang karyawan.
2)  Kriteria   berdasarkan   perilaku,   memfokuskan   diri   pada
     
bagaimana pekerjaan dilaksanakan.
3)  Kriteria berdasarkan hasil, memfokuskan diri pada apa yang
     
dihasilkan/dicapai.
Agar penilaian kinerja guru dapat berjalan dengan lancar
dan  efektif,  maka  perlu  diperhatikan  beberapa  persyaratan
penilaian  yang  mana  menurut  Prawirosentono (1999:230-232)
adalah sebagai berikut:
1)  Penilaian  kinerja  karyawan harus dibangun secara hati-hati
     
dan obyektif, jujur dan tulus hati (honesty), serta bebas dari
     
hallo effect.


13




2)   Pada saat penilaian kinerja karyawan harus dihindari adanya
     
perasaan takut baik pada diri penilai maupun karyawan itu
     
sendiri.
3)   Bila diadakan diskusi tentang hasil penilaian kinerja seorang
     
karyawan, maka hendaklah diskusi tersebut dilakukan secara
      pribadi (tidak di depan umum atau orang lain).
4)   Lamanya diskusi sebaiknya tidak lebih dari 30 menit.
5)   Dalam  hal  kinerja  seseorang dinilai  jelek,  seorang  peniliai
     
kineja harus memberikan penilaian yang jelas secara tertulis
     
tentang faktor-faktor yang mempengaruhinya, tanpa menuntut
      kepada karyawan tersebut.
6)   Hari sidang untuk penilaian kinerja, hendaknya dicari waktu
atau saat terbaik.
7)   Petugas penilaian kinerja harus mempunyai pendengaran yang
      baik dan menjadi pendengar yang baik.
8)   Instrumen    atau    formulir    penilaian    kinerja    harus
     
ditandatangani oleh pihak penilai dan karyawan yang dinilai.
9)
Bila  yang dinilai  tidak  mengetahui  hasil  penilain  terhadap
     
kinerjanya,    maka    karyawan    tersebut    berhak    untuk
     
memberikan  berbagai  catatan  atau  komentar  untuk  diskusi
      antara penilai dan karyawan yang dinilai.


14








B.   Fungsi Kepala Sekolah dalam Upaya Peningkatan Kinerja Guru
1.  Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin
Sebagai pemimpin pendidikan Kepala Sekolah mempunyai
tanggungjawab yang cukup berat, oleh karena itu harus mempunyai
persiapan dan kemampuan yang memadai. Ia juga harus mempunyai
inisiatif  dan   keberanian  untuk  menunjukkan  dirinya  sebagai
pemimpin yang membina dan membantu guru mengembangkan diri
secara terus menerus. Dia harus mampu mendorong, menggerakkan,
dan mempengaruhi orang lain untuk mau bekerjasama dengannya.
Kepemimpinan   merupakan   suatu   faktor   yang   sangat menentukan dalam pencapaian  tujuan organisasi sekolah.  Kepala Sekolah termasuk orang yang mempunyai tanggung jawab dalam mempengaruhi sistem sekolah, dan maju mundurnya sekolah yang dipimpinnya.
Sebagai pemimpin, kepala sekolah bertanggungjawab dalam
mempengaruhi,  membimbing,  mengarahkan  dan  mengkoordinir
semua  yang  ada  dilingkungannya.  Sejalan  dengan  itu  Hadari
Nawawi  (1984:62),  menyatakan sebagai berikut:  “Kepemimpinan
pendidikan adalah  proses  mengerahkan,  mempengaruhi,  memberi
motivasi        dan        mengarahkan        orang-orang        di        dalam
organisasi/lembaga pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya”.
15




Dengan demikian Kepala Sekolah perlu mengetahui fungsi dan kecakapan kepemimpinan dalam mewujudkan kerjasama yang efektif  sesama  personil,  sebagaimana  yang  diungkapkan  oleh Soewarno Handyaningrat (1982) Kepala Sekolah perlu:
a.  Mengetahui bidang tugasnya.

b.  Peka atau tanggap terhadap keadaan lingkungan

c.  Melakukan hubungan antar manusia dengan baik

d.  Mampu melakukan koordinasi

e.  Mampu melakukan hubungan kerja/komunikasi dengan baik

f.   Mampu mengambil keputusan secara tepat dan cepat

g.  Mampu mengandalkan hubungan dengan masyarakat
Selanjutnya  dalam  meningkatkan  kepemimpinannya  dalam
kaitannya  dengan  pembinaan  profesionalisme  guru-guru,  maka
Kepala Sekolah memiliki tugas sebagai berikut:  “……..pemimpin
harus terus menerus memperhatikan kondisi dan daya kerja petugas-
petugasnya,   terus   menerus   mencari   sebab-sebab  yang  dapat
melemahkan    kesanggupan    dan    kemauan    bekerja    dengan
memberikan bimbingan dan pembinaan secara kontinu” (M. Rifai,
1982:82)






16








2.  Kepala Sekolah Sebagai Administrator
Selain  berperan  sebagai  pemimpin,  Kepala  Sekolah  juga
berperan  sebagai  administrator.  Ia  memegang  peranan  penting
dalam menjalankan tugas-tugas administrasi di sekolah dalam hal
merencanakan,   mengatur   segala   kegiatan   administrasi   yang
diperlukan  dalam  rangka  kerjasama  dengan  guru  dan  personil
lainnya.
Sebagai administrator pendidikan di sekolah, Kepala Sekolah harus  memiliki  pengetahuan  tentang  unsur-unsur  yang  tercakup dalam kegiatan pendidikan, baik yang bersifat manusiawi, material maupun nonmaterial. Selanjutnya Depdikbud (1975:3) menjelaskan bahwa  tugas-tugas  pokok  pendidikan  yang  berkaitan  dengan masalah personil antara lain:
a.  menginventaris personalia
b.  merencanakan  formasi/tata  usaha  dan  pembagian  tugas  guru-
      
guru/penyebaran tugas guru termasuk menghitung beban kerja
      
guru
c.  mengatur  pengangkatan,  kenaikan  pangkat,  dan  perpindahan
       (mutasi) guru
d.  mengatur kesejahteraan sosial staf sekolah




17








3.  Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Supervisi  pendidikan  dapat  diartikan  sebagai  bimbingan
profesional bagi guru-guru. Bimbingan profesional yang dimaksud
adalah  segala  usaha  yang memberikan  kesempatan  kepada  guru-
guru  untuk  berkembang  secara  profesional,  sehingga  dia  lebih
mampu   lagi   dalam   melaksanakan   tugas   pokoknya,   yaitu
memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar mengajar pada
khususnya.
Kepala   sekolah   sebagai   supervisor   di   sekolah   harus mempunyai  kemampuan  dalam  hal  melakukan  pembinaan  dan pengembangan profesional kepada guru. Dalam prakteknya Kepala Sekolah  dapat  melakukan  pembinaan  profesional  guru  melalui tahap-tahap berikut:
a.  Konfrensi pra-observasi

b.  Observasi langsung di kelas
c.  Konfrensi post-observasi



C.  Pengertian dan Tujuan Pembinaan Guru
Pembinaan   profesional   menunjuk   pada   proses   peningkatan
kualifikasi  maupun  kemampuan  para  anggota  profesi  dalam  mencapai
kriteria  yang  standar  dalam  penampilannya  sebagai  anggota  profesi.
Profesionalisasi pada    dasarnya    merupakan    serangkaian    proses
18




pengembangan profesional (professional development) baik yang dilakukan melalui pendidikan latihan/pra-jabatan, maupun dalam-jabatan. Oleh karena itu upaya profesionalisasi merupakan proses yang terus menerus secepat seseorang telah menyatakan dirinya sebagai warga suatu profesi.
Dalam lembaga pendidikan, guru sebagai salah satu  “key people”
keberhasilan  pendidikan,  harus  mendapat  perhatian  pembinaan  secara
sungguh-sungguh,   karena   pembinaan   atau   pengembangan   tenaga
kependidikan  merupakan usaha-usaha  mendayagunakan,  memajukan dan
meningkatkan produktivitas kerja guru di sekolah. Tujuan dari pembinaan
ini  adalah  tumbuhnya  kemampuan  guru  yang  meliputi:  pertumbuhan
keilmuan, wawasan berpikir, sikap terhadap pekerjaan dan keterampilan
dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari hingga produktivitas kerja dapat
ditingkatkan.

1.  Prinsip Pembinaan Guru
Dalam  melakukan  pembinaan,  perlu  dilakukan  prinsip-prinsip agar efektif dan efisien. Depdikbud (1988:21) mengemukakan prinsip pembinaan guru adalah sebagai berikut:
a.   Dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru
b.   Hubungan  antara  guru  dan  pembina  guru  didasarkan  atas  dasar
      
kerabat kerja



19




c.   Pembina  guru  harus  memiliki  sifat  terbuka  dan  dapat  dijadikan
       sebagai teladan
d.   Dilakukan secara terus menerus
e.   Dilakukan melalui berbagai wadah yang ada
f.    Diperlancar melalui peningkatan koordinasi dan sinkronisasi secara
      
horizontal dan vertikal

2.  Pendekatan-Pendekatan Pembinaan   Guru
Dalam   pelaksanaan   pembinaan   guru   dapat   menggunakan pendekatan-pendekatan yang menurut keyakinanya paling efektif dan efisien,  serta  berdasarkan  pada  perhitungan  yang  matang.  Adapun pendekatan-pendekatan yang diterapkan dalam pembinaan kemampuan profesional guru tersebut antara lain: Pendekatan Ilmiah, Pendekatan Artisitik, dan Pendekatan Klinis.
a.  Pendekatan Ilmiah
Pendekatan  ilmiah  adalah  suatu  pendekatan  yang  dilakukan
berdasarkan ciri-ciri ilmu pengetahuan, yaitu: rasional, obyektif dan
empirik. Dalam pendekatan ini seorang pembina dalam membina
kepada    guru    harus    melakukan    tiga    hal,    yakni: (1)
mengimplementasikan   hasil   temuan   para   peneliti   dibidang
pengajaran, (2)  bersama-sama  dengan  para  peneliti  mengadakan
penelitian  di  bidang  yang  berkenaan  dengan  pendidikan, (3)

20




menerapkan   metode   ilmiah   dalam   menentukan   efektivitas pengajaran.

b. Pendekatan Artistik
Pendekatan artistik dalam pembinaan guru adalah suatu pendekatan
yang  menyandarkan  pada  kepekaan,  persepsi,  dan  pengetahuan
pembina sebagai saran untuk mengapresiasi kejadian-kejadian yang
bersifat
 subtleties (halus,  lembut)  dalam pengajaran  yang sangat
bermakna  di  dalam  kelas.  Pendekatan  ini  berusaha  menerobos
keterbatasan  yang dimilki  pendekatan  ilmiah  yang terlalu  berani
menggeneralisasikan  tampilan  pengajaran  yang  tampak  sebagai
keseluruhan   peristiwa   pengajaran.   Raka   Joni (1975:13-14)
mengemukakan  pendekatan  artistik  ini  mencoba  menempatkan
pembina  sebagai  instrumen  observasi  untuk  mendapatkan  data
dalam rangka mengambil langkah-langkah pembinaan. Oleh karena
pembina  sendiri  yang  ditempatkan  sebagai  instrumennya,  maka
dialah  yang  membuat  pemaknaan  atas  pengajaran  yang  sedang
berlangsung.  Sergiovani  dan  Starratt (1974:113)  mengemukkan
bahwa ciri-ciri pendekatan artistik adalah sebagai berikut:
1)  Menaruh perhatian terhadap karakter ekspresif tentang peristiwa
      
pengajaran yang terjadi



21




2)  Memerlukan  ahli  seni  dalam  bidang  pendidikan  yang  dapat
       memelihara    sesuatu    yang   halus,    lembut    dan    untuk
      
menjangkaunya perlu dengan rasa dalam pengajaran
3)  Mengapresiasikan setiap kontribusi unit para guru yang dibina
      
terhadap pengembangan siswa
4)  Menaruh kehidupan kelas secara keseluruhan

5)  Memerlukan hubungan yang baik antara pembina dan guru
6)  Memerlukan   kemampuan  penggunaan  bahasa  yang  dapat
      
menggali potensi guru
7)  Memerlukan    kemampuan    untuk    mendeskripsikan    dan
      
menginterpretasikan setiap peristiwa pengajaran yang terjadi
8)  Menerima kenyataan bahwa pembina dengan segala kelebihan
      
dan kekurangannya, kepekaaan dan pengalamannya merupakan
      
instrumen pokok

c.  Pendekatan Klinis
Jika dua pendekatan terdahulu yakni pendekatan ilmiah dan artistik
saling bersikukuh pada kutub ekstrim masing-masing maka dalam
pendekatan   klinis   dalam   pembinaan   guru   dapat   dikatakan
merupakan  konvergensi  diantara  keduanya.  Dalam  pendekatan
klinis, pembinaan guru dilakukan secara kolegial atau kesejawatan.
Melalui hubungan seperti ini, maka kemampuan mengajar guru akan

22




dapat ditingkatkan. Pendekatan klinis adalah suatu pertemuan tatap muka  antara  pembina  dengan  guru  yang  membahas  tentang  hal mengajar   di   dalam   kelas   guna   perbaikan   mengajar   dan pengembangan   profesi.   Ada   beberapa   prinsip   dasar   dalam pendekatan klinis, yakni:
1)  Tujuan primer pembinaan dengan teknik supervisi klinik adalah
      
untuk   memperbaiki   pengajaran    dengan    mengobservasi,
      
menganalisis  dan  akhirnya  mengubah  perilaku  yang  yang
      
berlangsung di kelas
2)  Pembinaan  dengan pendekatan  klinis  menghendaki  kerelasian
      
tatap muka antara pembina dengan guru
3)  Tujuan utama pendekatan ini adalah  membantu guru  melihat
       seobyektif  mungkin,  apa  yang  secara  aktual  berlangsung  di
       kelas.  Prosesnya  didesain  menyangkut
“performance”  bukan
“personality”
4)  Pendekatan  ini  berproses  paling  baik  bila  kerelasian  antara
      
pembina dan guru diwarnai “mutual trust” (saling mempercayai)
       bukan saling mencurigai dan rasa kolegialitas
5)  Pendekatan ini hendaknya merangsang otonomi profesional dan
       personal guru




23








BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian  ini  menggunakan  penelitian  kualitatif  dengan  subyek penelitiannya adalah guru-guru SD Negeri Sambiroto Kecamatan Gajah.
            Rancangan penelitian yang dipilih yaitu model siklus yang dilakukan
secara  berulang  dan  berkelanjutan  (siklus  spiral);  artinya  semakin  lama diharapkan  semakin  meningkat  perubahan/pencapaian  hasilnya.  Model siklus  mengikuti rencana,  tindakan,  observasi,  dan refleksi  seperti  yang digambarkan berikut:
Rencana
Tindakan
Refleksi
Siklus I

Observasi                                Pelaksanaan
Tindakan
Siklus II


Refleksi                                   Rencana
Tindakan


Siklus III
Observasi                                Pelaksanaan
Tindakan



24








1.  Tahap Perencanaan Tindakan
Rencana   tindakan   disusun   berdasarkan   masalah   yang   hendak dipecahkan  dan  hipotesis  tindakan  yang  diajukan.  Ini  berarti,  suatu tindakan  harus  dilakukan  agar  terjadi  perubahan  ke  arah  yang diharapkan.

2.  Tahap Pelaksanaan Tindakan
Jenis  tindakan  yang  dilakukan  hendaknya  selalu  didasarkan  atas pertimbangan  teoritis  dan  empirik agar  hasil  yang  diperoleh  berupa peningkatan kinerja dan hasil program adalah optimal.

3.  Tahap Observasi
Dalam observasi, data atau informasi yang dikumpulkan adalah data tentang proses berupa perubahan kinerja pembelajaran dan jenis data yang dikumpulkan cenderung didominasi data kualitatif.

4.  Tahap Refleksi
Pada   dasarnya   refkleksi   merupakan   kegiatan   analisis-sintesis,
interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang
didapatkan  hendaknya dikaji dan dipahami  bersama.  Informasi yang
terkumpul  perlu  diurai,  dicari  kaitan  antara  yang satu  dengan  yang
lainnya,  dibandingkan  dengan  pengalaman  sebelumnya,  dikaitkan
dengan teori tertentu dan/atau hasil penelitian yang relevan. Melalui

25




proses refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan  tajam.  Refleksi  merupakan  bagian  yang  amat  penting  untuk memahami   dan   memberikan   makna   terhadap   proses   dan   hasil (perubahan) yang terjadi sebagai akibat adanya tindakan  (intervensi) yang dilakukan
Mengenai siklus penelitian yang dilaksanakan adalah: (1) Siklus I, untuk mendapatkan informasi tentang kualitas pembelajaran guru di kelas melalui observasi kelas, (2) Siklus II, untuk mendapatkan informasi tentang permasalahan  yang  dihadapi  guru  selama  PBM  melalui  pembicaraan individual, (3)  Siklus  III,  untuk memberdayakan  gugus sekolah sebagai wadah peningkatan profesional guru.

Siklus I
a.  Setelah diperoleh gambaran keadaan kelas, termasuk guru yang menjadi
     
subyek penelitian, rencana pembelajaran yang disusun, kegiatan belajar
     
mengajar  yang  akan  dilakukan,  materi  yang  akan  disampaikan,
     
penggunaan  media  pembelajaran  dan  evaluasi  pembelajaran  yang
      digunakan, maka ditetapkan waktu dan tempat secara bergiliran untuk
     
melakukan observasi kelas dalam suatu jadwal rencana observasi kelas.
b.  Sasaran pemantauan (observasi) PBM di kelas adalah efektivitas proses
     
pembelajaran    yang    dilakukan    guru,    meliputi:    kemampuan


26




merencanakan pembelajaran,   kemampuan melaksanakan pembelajaran, hubungan antar pribadi.
c.  Melakukan evaluasi/analisis data    hasil observasi berdasarkan format
     
pemantauan. Tujuannya untuk mengetahui efektivitas, keberhasilan dan
     
hambatan pembelajaran yang telah dilakukan guru dalam PBMnya.
d.  Refleksi  I.  Pada  tahap  ini  peneliti  menentukan  kegiatan-kegiatan
     
sebagai dasar perbaikan untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan
     
pada siklus II (dua)


Siklus II
b.  Menentukan  tujuan  kegiatan  pembicaraan  individual  dengan  guru
      
sebagai  tindak  lanjut  dari  siklus  I,  dengan  mempersiapkan  format-
       format untuk mencatat informasi yang dibutuhkan
c.  Melakukan  pembicaraan  individual    (individual  conference)  dengan
mengutamakan  perhatian  pada  permasalahan  yang  dihadapi  selama melakukan PBM. Tujuannya untuk mengetahui efektivitas, hambatan selama pembelajaran berlangsung.
d.  Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan pada pembicaraan
      
individual  yang  diarahkan  terhadap  perbaikan  kinerja  dan  masalah-
      
masalah yang mengemuka pada saat proses pembelajaran berlangsung.
e.  Refleksi II. Pada kegiatan ini peneliti bersama-sama guru menentukan
      
solusi yang akan digunakan untuk perbaikan tindakan pada siklus III.
27








Siklus III
a.  Pembinaan guru melalui gugus sekolah bertujuan untuk meningkatkan
      
kinerja guru dalam memperbaiki dan mengembangkan kemampuannya.
b.  Sasaran     pembinaan  melalui  gugus  sekolah  adalah  wawasan  dan
      
pengetahuan tentang metode/strategi pembelajaran serta keterampilan
      
praktik dalam melaksanakan proses pembelajaran.
c.  Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan gugus sekolah yang
       telah berlangsung.
d.  Refleksi  III.  Dilakukan  untuk  memperoleh  bahan  perbaikan  bagi
      
kegiatan selanjutnya.

Pengumpulan  data  dilakukan  dengan:     (a)  observasi  kelas,     (b)
dokumentasi hasil pertemuan individual dengan jenis data kualitatif



















28








BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dari  pelaksanaan  kegiatan  pembinaan  guru  oleh  kepala  sekolah
dalam  meningkatkan   kinerja  guru,  berdasarkan  tahap-tahap  metode
penelitian yang telah ditetapkan, menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
a.  Pembinaan  guru  oleh  Kepala  Sekolah  melalui  observasi  kelas
     
(Siklus I) untuk mengetahui tingkat kualitas dan efektivitas mengajar
     
guru selama proses pembelajaran memberikan dampak yang positif
     
terhadap kinerja guru. Pada dasarnya guru merespon positif terhadap
     
kunjungan  Kepala  Sekolah  ke  kelas,  mereka  beranggapan  bahwa
     
kunjungan  Kepala  Sekolah  ke  kelas  bukan  saja  dapat  memacu
      semangat guru-guru untuk melakukan proses pembelajaran dengan
     
lebih baik, selain guru-guru merasa dihargai atas perhatian Kepala
      Sekolah untuk melihat secara nyata keadaan dan kondisi PBM di
     
kelas, tetapi juga dengan demikian mutu pembelajaran peserta didik
     
semakin   meningkat   pula.   Hal   tersebut   dapat   tergambarkan
     
berdasarkan data pencapaian target kurikulum, rata-rata nilai ulangan
     
umum, dan taraf serap kurikulum pada Cawu I dan Cawu II di SD
      Sambiroto II menunjukkan hasil yang terus meningkat. Secara ringkas
     
dapat terlihat pada bagan berikut ini:


29











NO     KELAS
1.      Kelas I
2.      Kelas II
3.      Kelas III
4.      Kelas IV
5.      Kelas V
6.      Kelas VI








CAWU I
PTK        RNUU       TSK
100 %         8,3          83,0
100 %        7,28         72,8
100 %        6,81         68,1
100 %        7,15         71,5
100 %        7,21         72,1
100 %        7,32         73,2








CAWU II
PTK        RNUU       TSK
100 %        8,45         84,5
100 %        7,57         75,7
100 %         7,2          72,0
100 %        7,46         74,6
100 %        7,51         75,1
100 %        7,61         76,1


Keterangan:
PTK    = Pencapaian Target Kurikulum
RNUU= Rata-rata Nilai Ulangan Umum
TSK = Taraf Serap Kurikulum
b.  Pembinaan guru melalui pembicaraan individual (Siklus II) sebagai
     
tindak lanjut dari observasi kelas  menunjukkan hasil yang cukup
     
baik,   dalam   arti   bahwa   guru-guru   dapat   dengan   leluasa
     
mengemukkan pendapat dan permasalahan yang dihadapinya dalam
      pembicaraan  individual tersebut.  Permasalahan  dalam  proses
pembelajaran yang sering muncul adalah menyangkut strategi yang tepat dalam menyampaikan materi/pokok bahasan pelajaran melalui pemanfaatan media pembelajaran. Dampak dari hal tersebut adalah peserta  didik  kurang  berminat/tidak  konsentrasi  dengan  pokok bahasan yang disampaikan guru.
c.  Untuk mengatasi permasalahan pada siklus II tersebut, maka disusun
      kegiatan  pembinaan  guru  yang  dilakukan  melalui  gugus  sekolah
      (Sikuls III) yang bermanfaat sebagai wadah pembinaan guru untuk


30




meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya di kelas. Dengan dibantu beberapa ahli/pakar pendidikan dan/atau dari guru-guru itu sendiri, beberapa permasalahan yang dihadapi guruguru  di  kelas  sedikit  banyak  dapat  ditanggulangi  dengan  baik. Melalui  gugus  sekolah  ini  Guru  menunjukkan  antusias  untuk mengaktualisasikan  temuan-temuan  yang  diperoleh  pada  gugus sekolah ke dalam kelasnya.






























31








BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI



A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang upaya Kepala Sekolah dalam meningkatkan kinerja guru dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.  Observasi kelas yang dilakukan Kepala Sekolah pada dasarnya sangat
      
diharapkan guru-guru di kelas, sehingga memacu guru-guru untuk lebih
      
bersemangat   dalam   menunjukkan   perhatiannya   terhadap   proses
      
perbaikan dan pengembangan proses pembelajaran.
2.  Pembicaraan   individual   yang   dilakukan   Kepala   Sekolah   dapat
      
meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dari
      
pembicaraan individual bagi guru-guru dapat menambah keyakinannya
       untuk  mengetahui  dan  memahami  sisi  kelemahan  dan  kekuatannya
      
dalam proses pembelajaran di kelas.
3.  Pembinaan guru melalui gugus sekolah sangat dibutuhkan guru sebagai
       wadah  dalam  membantu  guru-guru  untuk  mendapatkan  bermacam-
      
macam  informasi  dan  pengetahuan  mengenai  proses  pembelajaran.
       Selain  itu  gugus  sekolah  menjadi  wadah  untuk  mengaktualisasikan
      
potensi   dan   kemampuan   guru-guru   untuk   memperbaiki   dan
      
mengembangkan tugas-tugasnya.


32








B.  Rekomendasi
Penerapan  model  siklus  dalam  pembinaan  guru  dalam  upaya meningkatkan  kinerja  guru  dan  produktivitas  sekolah  dapat  terlaksana dengan baik, apabila memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.  Kemampuan  berkomunikasi  antara  Kepala  sekolah  dan  guru  dapat
       terjalin  dengan  harmonis  apabila  dilandasi  dengan  sikap  saling
      
menghargai dan menghormati.
2.  Dalam pelaksanaan pembinaan terhadap guru harus mempertimbangkan
      
situasi dan kondisi yang dihadapi guru, termasuk waktu, tempat, dan
      
tujuan yang hendak dicapai.
3.  Pembinaan   guru   untuk   meningkatkan   kinerja   guru   diupayakan
      
dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan.




















33








DAFTAR PUSTAKA



Ali Imron. (1995). Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya
Castetter  William  B.     (1981).  The  Personal  Function  in  Educational
Administration.
Depdikbud.   (1983).   Strategi  Dasar  Pembinaan  dan  Pengembangan
Pendidikan Guru. Jakarta: Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga
Teknis
…………… (1986). Kurikulum Sekolah Dasar Pedoman Pembinaan Guru.
           Jakarta: Depdikbud

……………  (1988).  Sistem  Pembinaan  Profesional  Guru.  Direktorat
           Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Sahertian. Piet.A. (1994). Profil Pendidik Profesional.   Yogyakarta: Andi
          
Offset

Kasihani  Kasbolah  E.S.,      (1999)  Penelitian  Tindakan  Kelas.  Proyek
Pendidikan Guru Sekolah Dasar: Dikti Depdikbud

UNESCO.  1996.  What  Makes  a  Good  Teacher?  Children  Speak  Their
           Minds
, Paris.
















34






























LAMPIRAN-LAMPIRAN





















35









PANDUAN PELAKSANAAN
PEMBICARAAN INDIVIDUAL


Hari/Tanggal : …………………………….
Nama Guru    : ………………………………………
NIP                  : ……………………

Permasalahan







Penyebab Terjadinya Masalah







Alternatif Pemecahan Masalah







Pengambilan Keputusan








36