UPAYA MENINGKATKAN MUTU
PROSES BELAJAR MENGAJAR
DI SD NEGERI SAMBIROTO
DENGAN PEMAHAMAN
KURIKULUM BERBASIS
KOMPETENSI
Oleh:
TRISNO WIDODO, S. Pd
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN
DEMAK
PROPINSI JAWA TENGAH
2012
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmananirrahim
Segala puji dan
syukur penulis panjatkan
kehadirat Illahi Robii,
bahwa atas rahmat dan karunia-Nya memberikan penulis kekuatan lahir dan
batin untuk menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Upaya
bahwa atas rahmat dan karunia-Nya memberikan penulis kekuatan lahir dan
batin untuk menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Mutu
Proses Belajar Mengajar
di SD Negeri Sambiroto dengan Pemahaman
Kurikulum Berbasis Kompetensi”.
Penyusunan
makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk kenaikan tingkat golongan IV/a ke golongan IV/b pada
lingkungan kerja Dinas Pendidikan Kabupaten Demak.
satu syarat untuk kenaikan tingkat golongan IV/a ke golongan IV/b pada
lingkungan kerja Dinas Pendidikan Kabupaten Demak.
Dalam penyelesaian malakah ini tentunya tidak terlepas
dari bantuan berbagai
pihak, yang penuh
kerelaan, keikhlasan, dan
kesabaran dalam memberikan
dukungan baik moril
maupun materil. Untuk
itu, pada kesempatan
ini, izinkanlah penulis
mengucapkan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu.
Dengan segala kerendahan hati penulis memohon bantuan
kepada semua pihak yang berkepentingan untuk
memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar
dapat memberikan bekal kepada penulis untuk perbaikan
di masa yang akan datang.
Harapan penulis, semoga amal baik, nasehat, dan do’a
serta bantuan yang telah diberikan mendapatkan ridlo dan
imbalan yang melimpah dari Allah SWT. Amiin.
Kecamatan Gajah,
Maret 2012
Penulis
2
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Makalah: UPAYA MENINGKATKAN
MUTU PROSES BELAJAR
MENGAJAR
DI SD NEGERI SAMBIROTO DENGAN PEMAHAMAN KURIKULUM
BERBASIS KOMPETENSI
KEPALA
SD NEGERI SAMBIROTO PENULIS
IMRONI,
S. Pd TRISNO
WIDODO, S. Pd
BAMBANG
H.P
NIP. 131 317 691
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Guru
mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan
proses pembelajaran, karena guru merupakan “key person” yang
proses pembelajaran, karena guru merupakan “key person” yang
berhadapan
langsung dengan siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar.
Guru harus dapat menciptakan suasana yang kondusif agar siswa bersedia
terlibat sepenuhnya pada kegiatan pembelajaran, sehingga tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Guru harus dapat menciptakan suasana yang kondusif agar siswa bersedia
terlibat sepenuhnya pada kegiatan pembelajaran, sehingga tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Mengingat begitu
pentingnya peranan guru
dalam menentukan keberhasilan
pembelajaran tersebut, maka guru dituntut memiliki kinerja yang tinggi, yaitu
seperangkat kemampuan kerja/unjuk kerja guru dalam menjalankan tugas-tugasnya, terutama
dalam melaksanakan kegiatankegiatan yang
berhubungan dengan proses
belajar mengajar secara profesional sesuai etika profesi keguruan.
Kinerja guru sangat berhubungan dengan kemampuan dan
motivasi dalam menjalankan tugas-tugasnya dengan baik
dan benar. Kemampuan dan motivasi guru dalam menjalankan tugasnya tersebut
dapat diperoleh melalui suatu pembinaan khusus sesuai kualifikasi yang diharapkan,
baik internal maupun eksternal
4
Dalam lembaga sekolah,
kepala sekolah sebagai
pimpinan harus memberikan
perhatian secara sungguh-sungguh terhadap
usaha-usaha mendayagunakan, memajukan dan meningkatkan kinerja guru di
sekolah secara
terus menerus. Orientasi
dari pembinaan kepala
sekolah ini diarahkan pada
peningkatan kinerja guru
yang meliputi: pertumbuhan keilmuan,
wawasan berpikir, sikap terhadap pekerjaan dan keterampilan guru dalam melaksanakan tugasnya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka kepentingan dari
penelitian ini adalah untuk menggambarkan/mendeskripsikan
upaya yang dilakukan Kepala Sekolah sebagai pembina pendidikan di lingkungan sekolah
dalam meningkatkan kinerja guru, terutama
guru kelas I dan IV di SD Negeri Sambiroto Kecamatan Gajah.
B. Perumusan
Masalah
Secara umum permasalahan dalam
penelitian ini adalah bagaimanakah
dampak upaya Kepala Sekolah dalam meningkatkan kinerja guru kelas I dan VI di SD Negeri Sambiroto Kecamatan
Gajah.
Masalah umum tersebut selanjutnya diperinci sebagai
berikut:
1. Upaya-upaya apakah
yang dapat dilakukan
Kepala Sekolah dalam
meningkatkan kinerja guru kelas I dan IV di SD Negeri Sambiroto Kecamatan Kecamatan Gajah
meningkatkan kinerja guru kelas I dan IV di SD Negeri Sambiroto Kecamatan Kecamatan Gajah
5
2. Upaya Kepala
Sekolah manakah yang paling tepat
dilakukan dalam
meningkatkan kinerja guru kelas I dan IV di SD Negeri Sambiroto Kecamatan Gajah
meningkatkan kinerja guru kelas I dan IV di SD Negeri Sambiroto Kecamatan Gajah
3. Seberapa besar
dampak dari upaya
Kepala Sekolah tersebut
dapat
meningkatkan kinerja guru kelas I dan IV di SD Negeri Sambiroto Kecamatan
Kecamatan Gajah
meningkatkan kinerja guru kelas I dan IV di SD Negeri Sambiroto Kecamatan
Kecamatan Gajah
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka secara umum
tujuan yang
hendak dicapai melalui
penelitian ini adalah
untuk memperoleh gambaran tentang dampak dari upaya Kepala Sekolah dalam
meningkatkan kinerja guru kelas I dan IV di SD Negeri Sambiroto Kecamatan Gajah
SD Negeri Sambiroto Kecamatan Gajah.
Sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Untuk
mengidentifikasi
upaya-upaya Kepala Sekolah
dalam
meningkatkan kinerja guru kelas I dan IV di SD Negeri Sambiroto Kecamatan
Kecamatan Gajah
meningkatkan kinerja guru kelas I dan IV di SD Negeri Sambiroto Kecamatan
Kecamatan Gajah
2 Untuk menentukan upaya Kepala Sekolah dalam
peningkatan kinerja
guru di SD Negeri Sambiroto Kecamatan Gajah
guru di SD Negeri Sambiroto Kecamatan Gajah
3 Untuk mendeskripsikan dampak
dari upaya yang
dilakukan Kepala
Sekolah dalam meningkatkan kinerja guru kelas I dan IV di SD Sambiroto
II Kecamatan Gajah
Sekolah dalam meningkatkan kinerja guru kelas I dan IV di SD Sambiroto
II Kecamatan Gajah
6
D. Paradigma Penelitian
Paradigma
penelitian atau kerangka berpikir disusun peneliti dalam melihat
atau memahami fenomena
yang diamati. Secara
skematis, paradigma tersebut
divisualisasikan dalam gambar berikut:
Gambar 1.1
Paradigma Penelitian
Kepala
Sekolah
Sebagai
Pemimpin
Sebagai
Pemimpin
Sekolah
Upaya
Pembinaan
Guru
Peningkatan
Kinerja
Guru
Prestasi
Belajar
Siswa
Siswa
Feed back
7
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kinerja Guru
1. Pengertian
Setiap guru sesuai
dengan tugasnya diharapkan
mampu
menunjukkan kinerja yang baik. Dari pelaksanaan tugasnya harus
mampu memberikan kontribusi yang maksimal terhadap pencapaian
tujuan pendidikan di sekolah. Kinerja adalah hasil akhir atau
kemampuan kerja seseorang atau sekelompok orang atas suatu
pekerjaan pada waktu tertentu. Kinerja adalah sesuatu yang dicapai,
prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja (Tim Penyusun
Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud,
1994:503). Sehubungan dengan hal ini, kinerja guru dapat diartikan
sebagai “prestasi, hasil, atau kemampuan yang dicapai atau
diperlihatkan oleh guru dalam melaksanakan tugas pendidikannya”.
menunjukkan kinerja yang baik. Dari pelaksanaan tugasnya harus
mampu memberikan kontribusi yang maksimal terhadap pencapaian
tujuan pendidikan di sekolah. Kinerja adalah hasil akhir atau
kemampuan kerja seseorang atau sekelompok orang atas suatu
pekerjaan pada waktu tertentu. Kinerja adalah sesuatu yang dicapai,
prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja (Tim Penyusun
Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud,
1994:503). Sehubungan dengan hal ini, kinerja guru dapat diartikan
sebagai “prestasi, hasil, atau kemampuan yang dicapai atau
diperlihatkan oleh guru dalam melaksanakan tugas pendidikannya”.
Kualitas
kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu dan
dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi kompetensi yang
harus dimiliki oleh setiap guru. Oleh karena itu dalam menentukan
kualitas kinerja diperlukan standar kinerja sebagai bahan acuan
penilaian.
dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi kompetensi yang
harus dimiliki oleh setiap guru. Oleh karena itu dalam menentukan
kualitas kinerja diperlukan standar kinerja sebagai bahan acuan
penilaian.
8
2. Kriteria
Kinerja Guru
Peningkatan
kinerja guru oleh
Kepala Sekolah menaruh
perhatian utama pada upaya-upaya yang sifatnya memberikan
kesempatan kepada guru-guru untuk berkembang secara
profesional, sehingga mereka lebih mampu dalam melaksanakan
tugas pokoknya, yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses
dan hasil pembelajaran. Dengan demikian dapat ditegaskan
bahwa sasaran utama pemberdayaan akuntabilitas profesional
guru yang direfleksikan dalam kemampuan-kemampuan:
perhatian utama pada upaya-upaya yang sifatnya memberikan
kesempatan kepada guru-guru untuk berkembang secara
profesional, sehingga mereka lebih mampu dalam melaksanakan
tugas pokoknya, yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses
dan hasil pembelajaran. Dengan demikian dapat ditegaskan
bahwa sasaran utama pemberdayaan akuntabilitas profesional
guru yang direfleksikan dalam kemampuan-kemampuan:
Merencanakan kegiatan pembelajaran.
Melaksanakan
kegiatan pembelajaran.
Menilai proses dan hasil pembelajaran.
Menilai proses dan hasil pembelajaran.
Memanfaatkan hasil
penilaian bagi peningkatan
layanan pembelajaran.
Memberikan umpan
balik secara tepat,
teratur, dan terusmenerus
kepada peserta didik.
Melayani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
Mengembangkan dan
memanfaatkan alat bantu
dan media pembelajaran.
Memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia.
9
Mengembangkan interaksi
pembelajaran (strategi, metode,
dan teknik) yang tepat.
Melakukan penelitian praktis bagi perbaikan
pembelajaran.
Yang perlu mendapat perhatian pula bahwa pemberdayaan
akuntabilitas profesional guru hanya akan berkembang apabila
didukung oleh penciptaan budaya sekolah sebagai organisasi
belajar (learning organization), dimana para anggotanya
menunjukkan kepekaan terhadap masalah-masalah yang
dihadapi dan berupaya untuk mengatasi masalah tersebut tanpa
desakan atau perintah dari pihak luar (Djam’an Satori, 2001:
10). Guru tidak hanya bekerja menunaikan tugas dan kewajiban
yang dibebankan kepadanya, melainkan pula memiliki sikap
untuk selalu meningkatkan mutu pekerjaannya, dan oleh
karenanya mereka terus belajar untuk mempelajari cara-cara
yang paling baik. Budaya ini memungkinkan terjadinya peluang
inovasi dari bawah (bottom-up innovation) dalam proses
akuntabilitas profesional guru hanya akan berkembang apabila
didukung oleh penciptaan budaya sekolah sebagai organisasi
belajar (learning organization), dimana para anggotanya
menunjukkan kepekaan terhadap masalah-masalah yang
dihadapi dan berupaya untuk mengatasi masalah tersebut tanpa
desakan atau perintah dari pihak luar (Djam’an Satori, 2001:
10). Guru tidak hanya bekerja menunaikan tugas dan kewajiban
yang dibebankan kepadanya, melainkan pula memiliki sikap
untuk selalu meningkatkan mutu pekerjaannya, dan oleh
karenanya mereka terus belajar untuk mempelajari cara-cara
yang paling baik. Budaya ini memungkinkan terjadinya peluang
inovasi dari bawah (bottom-up innovation) dalam proses
pembelajaran.
Aspek lain yang
akan mendukung pemberdayaan
akontabilitas profesional guru adalah tersedianya sumber daya
pendidikan untuk mendukung produktivitas sekolah, khususnya
mendukung proses pembelajaran yang bermutu. Alat peraga, alat
akontabilitas profesional guru adalah tersedianya sumber daya
pendidikan untuk mendukung produktivitas sekolah, khususnya
mendukung proses pembelajaran yang bermutu. Alat peraga, alat
10
pelajaran, fasilitas
laboratorium, perpustakaan dan
sejenisnya
sangat diperlukan bagi terwujudnya proses pembelajaran yang
bermutu. Sumber daya pendidikan seperti itu memungkinkan
peserta didik terlibat secara aktif melalui variabilitas dan
spektrum kegiatan pembelajaran yang lebih kaya. Jadi sasaran
yang ketiga dari supervisi akademik adalah membina kepala
sekolah dan guru-guru untuk memiliki kemampuan manajemen
sumber daya pendidikan. Kemampuan manajemen sumber daya
pendidikan tersebut meliputi kemampuan dalam pengadaan,
penggunaan/pemanfaatan, dan merawat/memelihara.
sangat diperlukan bagi terwujudnya proses pembelajaran yang
bermutu. Sumber daya pendidikan seperti itu memungkinkan
peserta didik terlibat secara aktif melalui variabilitas dan
spektrum kegiatan pembelajaran yang lebih kaya. Jadi sasaran
yang ketiga dari supervisi akademik adalah membina kepala
sekolah dan guru-guru untuk memiliki kemampuan manajemen
sumber daya pendidikan. Kemampuan manajemen sumber daya
pendidikan tersebut meliputi kemampuan dalam pengadaan,
penggunaan/pemanfaatan, dan merawat/memelihara.
3. Penilaian
Kinerja Guru
Penilaian
prestasi kinerja pengawai (guru) pada setiap
organisasi perlu
dilakukan dengan sebaik-baiknya, karena mempunyai
arti penting baik bagi pegawai yang bersangkutan atau bagi organisasi. Menurut
Sondang P. Siagian (1997:223) mengemukakan bahwa:
Peran
penilaian prestasi kerja atau kinerja
bagi para pegawai berperan sebagai umpan
balik tentang berbagai
hal, seperti kemampuan, ketelitian, kekurangan dan potensinya,
yang pada gilirannya bermanfaat untuk
menentukan tujuan jalur rencana dan pengembangan
karir. Bagi organisasi,
hasil penilaian prestasi kerja para pegawai sangat penting arti dan
perananya dalam pengambilan
keputusan tentang berbagai
hal seperti identifikasi kebutuhan program pelatihan.
11
Pendapat diatas menegaskan betapa pentingnya
penilaian kinerja terhadap apa yang telah dilakukan oleh
guru. Beberapa tujuan pimpinan dalam penilaian kinerja
meliputi:
- Membantu meningkatkan kinerja yang telah ada.
- Menetapkan sasaran bagi kinerja perorangan.
- Menilai kebutuhan pelatihan dan pengembangan.
- Menyepakati rencana untuk pengembangan
- Membantu meningkatkan kinerja yang telah ada.
- Menetapkan sasaran bagi kinerja perorangan.
- Menilai kebutuhan pelatihan dan pengembangan.
- Menyepakati rencana untuk pengembangan
- Menilai potensi dimasa mendatang untuk
kenaikan pangkat
- Memberikan umpan
balik kepada karyawan mengenai kinerja
mereka
mereka
- Memberikan konsultasi
keadaan karyawan mengenai peluang
karier.
karier.
Pelaksanaan
penilaian kinerja merupakan
upaya
pertanggungjawaban dari kegiatan pekerjaan yang telah
dilaksanakan. Tentunya berkaitan dengan akuntabilitas pekerjaan,
sebab akuntabilitas kinerja juga berarti kewajiban seseorang
individu atau organisasi untuk mempertanggungjawabkan
kinerjanya.
pertanggungjawaban dari kegiatan pekerjaan yang telah
dilaksanakan. Tentunya berkaitan dengan akuntabilitas pekerjaan,
sebab akuntabilitas kinerja juga berarti kewajiban seseorang
individu atau organisasi untuk mempertanggungjawabkan
kinerjanya.
Untuk
kepentingan memproleh data tentang kinerja guru
yang dinilai, Schuler dan Jackson (1999:15-20) mengemukakan
bahwa sumber data penilaian kinerja dapat diperoleh dari: (1)
Atasan langsung/penyelia; Kepala Dinas pendidikan, (2)
yang dinilai, Schuler dan Jackson (1999:15-20) mengemukakan
bahwa sumber data penilaian kinerja dapat diperoleh dari: (1)
Atasan langsung/penyelia; Kepala Dinas pendidikan, (2)
12
Karyawan
yang bersangkutan, (3) Rekan sejawat
atau anggota
tim; Rekan guru yang lain, (4) Bawahan karyawan yang dinilai;
tim; Rekan guru yang lain, (4) Bawahan karyawan yang dinilai;
Kepala Sekolah/Guru-guru, (5) Pelanggan; Peserta
didik/masyarakat, dan (6) Hasil
pantauan komputer; hasil
dokumentasi prestasi kerja.
Adapun tentang kriteria
penilaian kinerja karyawan,
Schuler dan Jackson (1999:10-11) mengemukakan adanya tiga
jenis kriteria dasar penilaian kinerja yang telah diketahui, yaitu:
Schuler dan Jackson (1999:10-11) mengemukakan adanya tiga
jenis kriteria dasar penilaian kinerja yang telah diketahui, yaitu:
1) Kriteria berdasarkan
sifat, memfokuskan diri
pada
karakteristik pribadi seseorang karyawan.
karakteristik pribadi seseorang karyawan.
2) Kriteria berdasarkan
perilaku, memfokuskan diri
pada
bagaimana pekerjaan dilaksanakan.
bagaimana pekerjaan dilaksanakan.
3) Kriteria
berdasarkan hasil, memfokuskan diri pada apa yang
dihasilkan/dicapai.
dihasilkan/dicapai.
Agar penilaian kinerja guru dapat berjalan dengan lancar
dan efektif, maka perlu diperhatikan beberapa persyaratan
penilaian yang mana menurut Prawirosentono (1999:230-232)
dan efektif, maka perlu diperhatikan beberapa persyaratan
penilaian yang mana menurut Prawirosentono (1999:230-232)
adalah sebagai berikut:
1) Penilaian kinerja
karyawan harus dibangun secara hati-hati
dan obyektif, jujur dan tulus hati (honesty), serta bebas dari
hallo effect.
dan obyektif, jujur dan tulus hati (honesty), serta bebas dari
hallo effect.
13
2) Pada saat penilaian kinerja karyawan harus dihindari
adanya
perasaan takut baik pada diri penilai maupun karyawan itu
sendiri.
perasaan takut baik pada diri penilai maupun karyawan itu
sendiri.
3) Bila diadakan diskusi tentang hasil penilaian kinerja
seorang
karyawan, maka hendaklah diskusi tersebut dilakukan secara
pribadi (tidak di depan umum atau orang lain).
karyawan, maka hendaklah diskusi tersebut dilakukan secara
pribadi (tidak di depan umum atau orang lain).
4) Lamanya
diskusi sebaiknya tidak lebih dari 30 menit.
5) Dalam hal kinerja
seseorang dinilai jelek, seorang
peniliai
kineja harus memberikan penilaian yang jelas secara tertulis
tentang faktor-faktor yang mempengaruhinya, tanpa menuntut
kepada karyawan tersebut.
kineja harus memberikan penilaian yang jelas secara tertulis
tentang faktor-faktor yang mempengaruhinya, tanpa menuntut
kepada karyawan tersebut.
6) Hari sidang untuk
penilaian kinerja, hendaknya dicari waktu
atau saat terbaik.
7) Petugas
penilaian kinerja harus mempunyai pendengaran yang
baik dan menjadi pendengar yang baik.
baik dan menjadi pendengar yang baik.
8) Instrumen
atau formulir penilaian
kinerja harus
ditandatangani oleh pihak penilai dan karyawan yang dinilai.
9) Bila yang dinilai tidak mengetahui hasil penilain terhadap
kinerjanya, maka karyawan tersebut berhak untuk
memberikan berbagai catatan atau komentar untuk diskusi
antara penilai dan karyawan yang dinilai.
ditandatangani oleh pihak penilai dan karyawan yang dinilai.
9) Bila yang dinilai tidak mengetahui hasil penilain terhadap
kinerjanya, maka karyawan tersebut berhak untuk
memberikan berbagai catatan atau komentar untuk diskusi
antara penilai dan karyawan yang dinilai.
14
B. Fungsi Kepala Sekolah dalam Upaya Peningkatan
Kinerja Guru
1. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin
Sebagai
pemimpin pendidikan Kepala Sekolah mempunyai
tanggungjawab yang cukup berat, oleh karena itu harus mempunyai
persiapan dan kemampuan yang memadai. Ia juga harus mempunyai
inisiatif dan keberanian untuk menunjukkan dirinya sebagai
pemimpin yang membina dan membantu guru mengembangkan diri
secara terus menerus. Dia harus mampu mendorong, menggerakkan,
dan mempengaruhi orang lain untuk mau bekerjasama dengannya.
tanggungjawab yang cukup berat, oleh karena itu harus mempunyai
persiapan dan kemampuan yang memadai. Ia juga harus mempunyai
inisiatif dan keberanian untuk menunjukkan dirinya sebagai
pemimpin yang membina dan membantu guru mengembangkan diri
secara terus menerus. Dia harus mampu mendorong, menggerakkan,
dan mempengaruhi orang lain untuk mau bekerjasama dengannya.
Kepemimpinan
merupakan suatu faktor
yang sangat menentukan dalam pencapaian tujuan organisasi sekolah. Kepala Sekolah
termasuk orang yang mempunyai tanggung jawab dalam mempengaruhi sistem sekolah, dan maju mundurnya sekolah
yang dipimpinnya.
Sebagai pemimpin, kepala sekolah bertanggungjawab dalam
mempengaruhi, membimbing, mengarahkan dan mengkoordinir
semua yang ada dilingkungannya. Sejalan dengan itu Hadari
Nawawi (1984:62), menyatakan sebagai berikut: “Kepemimpinan
pendidikan adalah proses mengerahkan, mempengaruhi, memberi
mempengaruhi, membimbing, mengarahkan dan mengkoordinir
semua yang ada dilingkungannya. Sejalan dengan itu Hadari
Nawawi (1984:62), menyatakan sebagai berikut: “Kepemimpinan
pendidikan adalah proses mengerahkan, mempengaruhi, memberi
motivasi dan mengarahkan orang-orang di dalam
organisasi/lembaga
pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan sebelumnya”.
15
Dengan demikian Kepala Sekolah perlu mengetahui fungsi dan
kecakapan kepemimpinan dalam mewujudkan kerjasama yang efektif sesama personil,
sebagaimana yang diungkapkan
oleh Soewarno Handyaningrat
(1982) Kepala Sekolah perlu:
a. Mengetahui bidang tugasnya.
b. Peka atau tanggap terhadap keadaan lingkungan
c. Melakukan hubungan antar manusia dengan baik
d. Mampu melakukan koordinasi
e. Mampu melakukan hubungan kerja/komunikasi
dengan baik
f. Mampu mengambil keputusan secara tepat dan
cepat
g. Mampu mengandalkan hubungan dengan masyarakat
Selanjutnya
dalam meningkatkan kepemimpinannya dalam
kaitannya dengan pembinaan profesionalisme guru-guru, maka
Kepala Sekolah memiliki tugas sebagai berikut: “……..pemimpin
harus terus menerus memperhatikan kondisi dan daya kerja petugas-
petugasnya, terus menerus mencari sebab-sebab yang dapat
melemahkan kesanggupan dan kemauan bekerja dengan
memberikan bimbingan dan pembinaan secara kontinu” (M. Rifai,
1982:82)
kaitannya dengan pembinaan profesionalisme guru-guru, maka
Kepala Sekolah memiliki tugas sebagai berikut: “……..pemimpin
harus terus menerus memperhatikan kondisi dan daya kerja petugas-
petugasnya, terus menerus mencari sebab-sebab yang dapat
melemahkan kesanggupan dan kemauan bekerja dengan
memberikan bimbingan dan pembinaan secara kontinu” (M. Rifai,
1982:82)
16
2. Kepala
Sekolah Sebagai Administrator
Selain berperan
sebagai pemimpin, Kepala
Sekolah juga
berperan sebagai administrator. Ia memegang peranan penting
dalam menjalankan tugas-tugas administrasi di sekolah dalam hal
merencanakan, mengatur segala kegiatan administrasi yang
diperlukan dalam rangka kerjasama dengan guru dan personil
lainnya.
berperan sebagai administrator. Ia memegang peranan penting
dalam menjalankan tugas-tugas administrasi di sekolah dalam hal
merencanakan, mengatur segala kegiatan administrasi yang
diperlukan dalam rangka kerjasama dengan guru dan personil
lainnya.
Sebagai administrator pendidikan di sekolah, Kepala
Sekolah harus
memiliki pengetahuan tentang
unsur-unsur yang tercakup dalam kegiatan pendidikan,
baik yang bersifat manusiawi, material maupun
nonmaterial. Selanjutnya Depdikbud (1975:3) menjelaskan bahwa
tugas-tugas pokok pendidikan
yang berkaitan dengan masalah personil antara lain:
a. menginventaris personalia
b. merencanakan formasi/tata
usaha dan pembagian
tugas guru-
guru/penyebaran tugas guru termasuk menghitung beban kerja
guru
guru/penyebaran tugas guru termasuk menghitung beban kerja
guru
c. mengatur pengangkatan,
kenaikan pangkat, dan
perpindahan
(mutasi) guru
(mutasi) guru
d. mengatur kesejahteraan sosial staf sekolah
17
3. Kepala
Sekolah Sebagai Supervisor
Supervisi
pendidikan dapat diartikan
sebagai bimbingan
profesional bagi guru-guru. Bimbingan profesional yang dimaksud
adalah segala usaha yang memberikan kesempatan kepada guru-
guru untuk berkembang secara profesional, sehingga dia lebih
mampu lagi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu
memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar mengajar pada
khususnya.
profesional bagi guru-guru. Bimbingan profesional yang dimaksud
adalah segala usaha yang memberikan kesempatan kepada guru-
guru untuk berkembang secara profesional, sehingga dia lebih
mampu lagi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu
memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar mengajar pada
khususnya.
Kepala
sekolah sebagai supervisor
di sekolah harus mempunyai kemampuan
dalam hal melakukan
pembinaan dan pengembangan profesional kepada guru. Dalam prakteknya
Kepala Sekolah
dapat melakukan pembinaan
profesional guru melalui tahap-tahap
berikut:
a. Konfrensi pra-observasi
b. Observasi langsung di kelas
c. Konfrensi post-observasi
C. Pengertian dan Tujuan Pembinaan Guru
Pembinaan
profesional menunjuk pada
proses peningkatan
kualifikasi maupun kemampuan para anggota profesi dalam mencapai
kriteria yang standar dalam penampilannya sebagai anggota profesi.
Profesionalisasi pada dasarnya merupakan serangkaian proses
kualifikasi maupun kemampuan para anggota profesi dalam mencapai
kriteria yang standar dalam penampilannya sebagai anggota profesi.
Profesionalisasi pada dasarnya merupakan serangkaian proses
18
pengembangan
profesional (professional
development) baik yang dilakukan melalui pendidikan latihan/pra-jabatan, maupun
dalam-jabatan. Oleh karena itu upaya
profesionalisasi merupakan proses yang terus menerus secepat seseorang telah menyatakan dirinya sebagai warga suatu
profesi.
Dalam
lembaga pendidikan, guru sebagai salah satu
“key people”
keberhasilan pendidikan, harus mendapat perhatian pembinaan secara
sungguh-sungguh, karena pembinaan atau pengembangan tenaga
kependidikan merupakan usaha-usaha mendayagunakan, memajukan dan
meningkatkan produktivitas kerja guru di sekolah. Tujuan dari pembinaan
ini adalah tumbuhnya kemampuan guru yang meliputi: pertumbuhan
keilmuan, wawasan berpikir, sikap terhadap pekerjaan dan keterampilan
dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari hingga produktivitas kerja dapat
ditingkatkan.
keberhasilan pendidikan, harus mendapat perhatian pembinaan secara
sungguh-sungguh, karena pembinaan atau pengembangan tenaga
kependidikan merupakan usaha-usaha mendayagunakan, memajukan dan
meningkatkan produktivitas kerja guru di sekolah. Tujuan dari pembinaan
ini adalah tumbuhnya kemampuan guru yang meliputi: pertumbuhan
keilmuan, wawasan berpikir, sikap terhadap pekerjaan dan keterampilan
dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari hingga produktivitas kerja dapat
ditingkatkan.
1. Prinsip Pembinaan Guru
Dalam
melakukan pembinaan, perlu
dilakukan prinsip-prinsip agar efektif dan efisien. Depdikbud (1988:21)
mengemukakan prinsip pembinaan guru adalah sebagai berikut:
a. Dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru
b. Hubungan antara
guru dan pembina
guru didasarkan atas
dasar
kerabat kerja
kerabat kerja
19
c. Pembina guru
harus memiliki sifat
terbuka dan dapat
dijadikan
sebagai teladan
sebagai teladan
d. Dilakukan secara terus menerus
e. Dilakukan melalui berbagai wadah yang ada
f. Diperlancar
melalui peningkatan koordinasi dan sinkronisasi secara
horizontal dan vertikal
horizontal dan vertikal
2. Pendekatan-Pendekatan Pembinaan Guru
Dalam
pelaksanaan pembinaan guru
dapat menggunakan pendekatan-pendekatan yang menurut keyakinanya paling
efektif dan efisien,
serta berdasarkan pada
perhitungan yang matang.
Adapun pendekatan-pendekatan yang diterapkan dalam
pembinaan kemampuan profesional guru tersebut antara lain:
Pendekatan Ilmiah, Pendekatan Artisitik, dan
Pendekatan Klinis.
a. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah
adalah suatu pendekatan
yang dilakukan
berdasarkan ciri-ciri ilmu pengetahuan, yaitu: rasional, obyektif dan
empirik. Dalam pendekatan ini seorang pembina dalam membina
kepada guru harus melakukan tiga hal, yakni: (1)
berdasarkan ciri-ciri ilmu pengetahuan, yaitu: rasional, obyektif dan
empirik. Dalam pendekatan ini seorang pembina dalam membina
kepada guru harus melakukan tiga hal, yakni: (1)
mengimplementasikan hasil
temuan para peneliti
dibidang
pengajaran, (2) bersama-sama dengan para peneliti mengadakan
penelitian di bidang yang berkenaan dengan pendidikan, (3)
pengajaran, (2) bersama-sama dengan para peneliti mengadakan
penelitian di bidang yang berkenaan dengan pendidikan, (3)
20
menerapkan metode
ilmiah dalam menentukan
efektivitas pengajaran.
b.
Pendekatan Artistik
Pendekatan
artistik dalam pembinaan guru adalah suatu pendekatan
yang menyandarkan pada kepekaan, persepsi, dan pengetahuan
pembina sebagai saran untuk mengapresiasi kejadian-kejadian yang
bersifat subtleties (halus, lembut) dalam pengajaran yang sangat
yang menyandarkan pada kepekaan, persepsi, dan pengetahuan
pembina sebagai saran untuk mengapresiasi kejadian-kejadian yang
bersifat subtleties (halus, lembut) dalam pengajaran yang sangat
bermakna di
dalam kelas. Pendekatan
ini berusaha menerobos
keterbatasan yang dimilki pendekatan ilmiah yang terlalu berani
menggeneralisasikan tampilan pengajaran yang tampak sebagai
keseluruhan peristiwa pengajaran. Raka Joni (1975:13-14)
keterbatasan yang dimilki pendekatan ilmiah yang terlalu berani
menggeneralisasikan tampilan pengajaran yang tampak sebagai
keseluruhan peristiwa pengajaran. Raka Joni (1975:13-14)
mengemukakan pendekatan
artistik ini mencoba
menempatkan
pembina sebagai instrumen observasi untuk mendapatkan data
dalam rangka mengambil langkah-langkah pembinaan. Oleh karena
pembina sendiri yang ditempatkan sebagai instrumennya, maka
dialah yang membuat pemaknaan atas pengajaran yang sedang
berlangsung. Sergiovani dan Starratt (1974:113) mengemukkan
pembina sebagai instrumen observasi untuk mendapatkan data
dalam rangka mengambil langkah-langkah pembinaan. Oleh karena
pembina sendiri yang ditempatkan sebagai instrumennya, maka
dialah yang membuat pemaknaan atas pengajaran yang sedang
berlangsung. Sergiovani dan Starratt (1974:113) mengemukkan
bahwa ciri-ciri pendekatan artistik adalah sebagai
berikut:
1) Menaruh perhatian
terhadap karakter ekspresif tentang peristiwa
pengajaran yang terjadi
pengajaran yang terjadi
21
2) Memerlukan ahli
seni dalam bidang
pendidikan yang dapat
memelihara sesuatu yang halus, lembut dan untuk
menjangkaunya perlu dengan rasa dalam pengajaran
memelihara sesuatu yang halus, lembut dan untuk
menjangkaunya perlu dengan rasa dalam pengajaran
3) Mengapresiasikan
setiap kontribusi unit para guru yang dibina
terhadap pengembangan siswa
terhadap pengembangan siswa
4) Menaruh kehidupan kelas secara keseluruhan
5) Memerlukan hubungan yang baik antara pembina
dan guru
6) Memerlukan kemampuan
penggunaan bahasa yang dapat
menggali potensi guru
menggali potensi guru
7) Memerlukan kemampuan
untuk mendeskripsikan dan
menginterpretasikan setiap peristiwa pengajaran yang terjadi
menginterpretasikan setiap peristiwa pengajaran yang terjadi
8) Menerima kenyataan
bahwa pembina dengan segala kelebihan
dan kekurangannya, kepekaaan dan pengalamannya merupakan
instrumen pokok
dan kekurangannya, kepekaaan dan pengalamannya merupakan
instrumen pokok
c. Pendekatan Klinis
Jika
dua pendekatan terdahulu yakni pendekatan ilmiah dan artistik
saling bersikukuh pada kutub ekstrim masing-masing maka dalam
pendekatan klinis dalam pembinaan guru dapat dikatakan
merupakan konvergensi diantara keduanya. Dalam pendekatan
klinis, pembinaan guru dilakukan secara kolegial atau kesejawatan.
Melalui hubungan seperti ini, maka kemampuan mengajar guru akan
saling bersikukuh pada kutub ekstrim masing-masing maka dalam
pendekatan klinis dalam pembinaan guru dapat dikatakan
merupakan konvergensi diantara keduanya. Dalam pendekatan
klinis, pembinaan guru dilakukan secara kolegial atau kesejawatan.
Melalui hubungan seperti ini, maka kemampuan mengajar guru akan
22
dapat ditingkatkan.
Pendekatan klinis adalah suatu pertemuan tatap muka antara pembina
dengan guru yang
membahas tentang hal mengajar di
dalam kelas guna
perbaikan mengajar dan pengembangan profesi.
Ada beberapa prinsip
dasar dalam pendekatan klinis, yakni:
1) Tujuan primer
pembinaan dengan teknik supervisi klinik adalah
untuk memperbaiki pengajaran dengan mengobservasi,
menganalisis dan akhirnya mengubah perilaku yang yang
berlangsung di kelas
untuk memperbaiki pengajaran dengan mengobservasi,
menganalisis dan akhirnya mengubah perilaku yang yang
berlangsung di kelas
2) Pembinaan dengan pendekatan klinis
menghendaki kerelasian
tatap muka antara pembina dengan guru
tatap muka antara pembina dengan guru
3) Tujuan utama pendekatan ini
adalah membantu guru melihat
seobyektif mungkin, apa yang secara aktual berlangsung di
kelas. Prosesnya didesain menyangkut “performance” bukan
seobyektif mungkin, apa yang secara aktual berlangsung di
kelas. Prosesnya didesain menyangkut “performance” bukan
“personality”
4) Pendekatan ini
berproses paling baik
bila kerelasian antara
pembina dan guru diwarnai “mutual trust” (saling mempercayai)
bukan saling mencurigai dan rasa kolegialitas
pembina dan guru diwarnai “mutual trust” (saling mempercayai)
bukan saling mencurigai dan rasa kolegialitas
5) Pendekatan ini
hendaknya merangsang otonomi profesional dan
personal guru
personal guru
23
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif
dengan subyek penelitiannya adalah guru-guru SD Negeri
Sambiroto Kecamatan Gajah.
Rancangan penelitian yang dipilih yaitu model siklus yang dilakukan
secara berulang dan berkelanjutan (siklus spiral); artinya semakin lama diharapkan semakin meningkat perubahan/pencapaian hasilnya. Model siklus mengikuti rencana, tindakan, observasi, dan refleksi seperti yang digambarkan berikut:
Rancangan penelitian yang dipilih yaitu model siklus yang dilakukan
secara berulang dan berkelanjutan (siklus spiral); artinya semakin lama diharapkan semakin meningkat perubahan/pencapaian hasilnya. Model siklus mengikuti rencana, tindakan, observasi, dan refleksi seperti yang digambarkan berikut:
Rencana
Tindakan
Refleksi
Siklus I
Observasi Pelaksanaan
Tindakan
Siklus II
Refleksi Rencana
Tindakan
Siklus III
Observasi Pelaksanaan
Tindakan
24
1. Tahap Perencanaan Tindakan
Rencana tindakan
disusun berdasarkan masalah
yang hendak dipecahkan
dan hipotesis tindakan
yang diajukan. Ini
berarti, suatu tindakan harus dilakukan
agar terjadi perubahan
ke arah yang diharapkan.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Jenis tindakan
yang dilakukan hendaknya
selalu didasarkan atas pertimbangan teoritis
dan empirik agar hasil
yang diperoleh berupa peningkatan
kinerja dan hasil program adalah optimal.
3. Tahap Observasi
Dalam
observasi, data atau informasi yang dikumpulkan adalah data tentang proses
berupa perubahan kinerja pembelajaran dan jenis data yang dikumpulkan cenderung didominasi data kualitatif.
4. Tahap Refleksi
Pada dasarnya
refkleksi merupakan kegiatan
analisis-sintesis,
interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang
didapatkan hendaknya dikaji dan dipahami bersama. Informasi yang
terkumpul perlu diurai, dicari kaitan antara yang satu dengan yang
lainnya, dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya, dikaitkan
dengan teori tertentu dan/atau hasil penelitian yang relevan. Melalui
interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang
didapatkan hendaknya dikaji dan dipahami bersama. Informasi yang
terkumpul perlu diurai, dicari kaitan antara yang satu dengan yang
lainnya, dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya, dikaitkan
dengan teori tertentu dan/atau hasil penelitian yang relevan. Melalui
25
proses
refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam. Refleksi
merupakan bagian yang
amat penting untuk memahami dan
memberikan makna terhadap
proses dan hasil (perubahan)
yang terjadi sebagai akibat adanya tindakan
(intervensi) yang dilakukan
Mengenai siklus penelitian yang dilaksanakan adalah: (1)
Siklus I, untuk mendapatkan informasi tentang kualitas pembelajaran guru di
kelas melalui observasi kelas, (2) Siklus II,
untuk mendapatkan informasi tentang permasalahan yang
dihadapi guru selama
PBM melalui pembicaraan individual,
(3) Siklus III,
untuk memberdayakan gugus sekolah
sebagai wadah peningkatan profesional guru.
Siklus I
a. Setelah diperoleh
gambaran keadaan kelas, termasuk guru yang menjadi
subyek penelitian, rencana pembelajaran yang disusun, kegiatan belajar
mengajar yang akan dilakukan, materi yang akan disampaikan,
penggunaan media pembelajaran dan evaluasi pembelajaran yang
digunakan, maka ditetapkan waktu dan tempat secara bergiliran untuk
melakukan observasi kelas dalam suatu jadwal rencana observasi kelas.
subyek penelitian, rencana pembelajaran yang disusun, kegiatan belajar
mengajar yang akan dilakukan, materi yang akan disampaikan,
penggunaan media pembelajaran dan evaluasi pembelajaran yang
digunakan, maka ditetapkan waktu dan tempat secara bergiliran untuk
melakukan observasi kelas dalam suatu jadwal rencana observasi kelas.
b. Sasaran pemantauan (observasi) PBM di kelas
adalah efektivitas proses
pembelajaran yang dilakukan guru, meliputi: kemampuan
pembelajaran yang dilakukan guru, meliputi: kemampuan
26
merencanakan
pembelajaran, kemampuan melaksanakan
pembelajaran, hubungan antar pribadi.
c. Melakukan
evaluasi/analisis data hasil observasi
berdasarkan format
pemantauan. Tujuannya untuk mengetahui efektivitas, keberhasilan dan
hambatan pembelajaran yang telah dilakukan guru dalam PBMnya.
pemantauan. Tujuannya untuk mengetahui efektivitas, keberhasilan dan
hambatan pembelajaran yang telah dilakukan guru dalam PBMnya.
d. Refleksi I.
Pada tahap ini
peneliti menentukan kegiatan-kegiatan
sebagai dasar perbaikan untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan
pada siklus II (dua)
sebagai dasar perbaikan untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan
pada siklus II (dua)
Siklus II
b. Menentukan tujuan
kegiatan pembicaraan individual
dengan guru
sebagai tindak lanjut dari siklus I, dengan mempersiapkan format-
format untuk mencatat informasi yang dibutuhkan
sebagai tindak lanjut dari siklus I, dengan mempersiapkan format-
format untuk mencatat informasi yang dibutuhkan
c. Melakukan pembicaraan
individual (individual conference) dengan
mengutamakan perhatian
pada permasalahan yang
dihadapi selama melakukan PBM. Tujuannya untuk mengetahui efektivitas,
hambatan selama pembelajaran berlangsung.
d. Melakukan evaluasi
terhadap pelaksanaan kegiatan pada pembicaraan
individual yang diarahkan terhadap perbaikan kinerja dan masalah-
masalah yang mengemuka pada saat proses pembelajaran berlangsung.
individual yang diarahkan terhadap perbaikan kinerja dan masalah-
masalah yang mengemuka pada saat proses pembelajaran berlangsung.
e. Refleksi II. Pada kegiatan ini peneliti
bersama-sama guru menentukan
solusi yang akan digunakan untuk perbaikan tindakan pada siklus III.
solusi yang akan digunakan untuk perbaikan tindakan pada siklus III.
27
Siklus III
a. Pembinaan guru melalui gugus sekolah bertujuan
untuk meningkatkan
kinerja guru dalam memperbaiki dan mengembangkan kemampuannya.
kinerja guru dalam memperbaiki dan mengembangkan kemampuannya.
b. Sasaran pembinaan
melalui gugus sekolah
adalah wawasan dan
pengetahuan tentang metode/strategi pembelajaran serta keterampilan
praktik dalam melaksanakan proses pembelajaran.
pengetahuan tentang metode/strategi pembelajaran serta keterampilan
praktik dalam melaksanakan proses pembelajaran.
c. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
kegiatan gugus sekolah yang
telah berlangsung.
telah berlangsung.
d. Refleksi
III. Dilakukan untuk
memperoleh bahan perbaikan
bagi
kegiatan selanjutnya.
kegiatan selanjutnya.
Pengumpulan data
dilakukan dengan: (a)
observasi kelas, (b)
dokumentasi hasil pertemuan individual dengan jenis data
kualitatif
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dari
pelaksanaan kegiatan pembinaan
guru oleh kepala
sekolah
dalam meningkatkan kinerja guru, berdasarkan tahap-tahap metode
penelitian yang telah ditetapkan, menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
dalam meningkatkan kinerja guru, berdasarkan tahap-tahap metode
penelitian yang telah ditetapkan, menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
a. Pembinaan guru
oleh Kepala Sekolah
melalui observasi kelas
(Siklus I) untuk mengetahui tingkat kualitas dan efektivitas mengajar
guru selama proses pembelajaran memberikan dampak yang positif
terhadap kinerja guru. Pada dasarnya guru merespon positif terhadap
kunjungan Kepala Sekolah ke kelas, mereka beranggapan bahwa
kunjungan Kepala Sekolah ke kelas bukan saja dapat memacu
semangat guru-guru untuk melakukan proses pembelajaran dengan
lebih baik, selain guru-guru merasa dihargai atas perhatian Kepala
Sekolah untuk melihat secara nyata keadaan dan kondisi PBM di
kelas, tetapi juga dengan demikian mutu pembelajaran peserta didik
semakin meningkat pula. Hal tersebut dapat tergambarkan
berdasarkan data pencapaian target kurikulum, rata-rata nilai ulangan
umum, dan taraf serap kurikulum pada Cawu I dan Cawu II di SD
Sambiroto II menunjukkan hasil yang terus meningkat. Secara ringkas
dapat terlihat pada bagan berikut ini:
(Siklus I) untuk mengetahui tingkat kualitas dan efektivitas mengajar
guru selama proses pembelajaran memberikan dampak yang positif
terhadap kinerja guru. Pada dasarnya guru merespon positif terhadap
kunjungan Kepala Sekolah ke kelas, mereka beranggapan bahwa
kunjungan Kepala Sekolah ke kelas bukan saja dapat memacu
semangat guru-guru untuk melakukan proses pembelajaran dengan
lebih baik, selain guru-guru merasa dihargai atas perhatian Kepala
Sekolah untuk melihat secara nyata keadaan dan kondisi PBM di
kelas, tetapi juga dengan demikian mutu pembelajaran peserta didik
semakin meningkat pula. Hal tersebut dapat tergambarkan
berdasarkan data pencapaian target kurikulum, rata-rata nilai ulangan
umum, dan taraf serap kurikulum pada Cawu I dan Cawu II di SD
Sambiroto II menunjukkan hasil yang terus meningkat. Secara ringkas
dapat terlihat pada bagan berikut ini:
29
NO KELAS
1. Kelas
I
2. Kelas
II
3. Kelas
III
4. Kelas
IV
5. Kelas
V
6. Kelas
VI
CAWU
I
PTK RNUU TSK
100 % 8,3 83,0
100 % 7,28 72,8
100 % 6,81 68,1
100 % 7,15 71,5
100 % 7,21 72,1
100 % 7,32 73,2
CAWU
II
PTK RNUU TSK
100 % 8,45 84,5
100 % 7,57 75,7
100 % 7,2 72,0
100 % 7,46 74,6
100 % 7,51 75,1
100 % 7,61 76,1
Keterangan:
PTK = Pencapaian Target Kurikulum
RNUU= Rata-rata Nilai Ulangan Umum
TSK = Taraf Serap Kurikulum
RNUU= Rata-rata Nilai Ulangan Umum
TSK = Taraf Serap Kurikulum
b. Pembinaan guru
melalui pembicaraan individual (Siklus II) sebagai
tindak lanjut dari observasi kelas menunjukkan hasil yang cukup
baik, dalam arti bahwa guru-guru dapat dengan leluasa
mengemukkan pendapat dan permasalahan yang dihadapinya dalam
pembicaraan individual tersebut. Permasalahan dalam proses
tindak lanjut dari observasi kelas menunjukkan hasil yang cukup
baik, dalam arti bahwa guru-guru dapat dengan leluasa
mengemukkan pendapat dan permasalahan yang dihadapinya dalam
pembicaraan individual tersebut. Permasalahan dalam proses
pembelajaran
yang sering muncul adalah menyangkut strategi yang tepat dalam menyampaikan materi/pokok bahasan pelajaran
melalui pemanfaatan media pembelajaran. Dampak dari
hal tersebut adalah peserta didik kurang
berminat/tidak konsentrasi dengan
pokok bahasan yang disampaikan guru.
c. Untuk mengatasi permasalahan
pada siklus II tersebut, maka disusun
kegiatan pembinaan guru yang dilakukan melalui gugus sekolah
(Sikuls III) yang bermanfaat sebagai wadah pembinaan guru untuk
kegiatan pembinaan guru yang dilakukan melalui gugus sekolah
(Sikuls III) yang bermanfaat sebagai wadah pembinaan guru untuk
30
meningkatkan
kinerja guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya di kelas. Dengan dibantu beberapa ahli/pakar pendidikan
dan/atau dari guru-guru itu sendiri, beberapa permasalahan
yang dihadapi guruguru
di kelas sedikit
banyak dapat ditanggulangi
dengan baik. Melalui gugus sekolah
ini Guru menunjukkan
antusias untuk mengaktualisasikan
temuan-temuan yang diperoleh
pada gugus sekolah ke dalam kelasnya.
31
BAB V
KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang upaya Kepala Sekolah
dalam meningkatkan kinerja guru dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Observasi kelas
yang dilakukan Kepala Sekolah pada dasarnya sangat
diharapkan guru-guru di kelas, sehingga memacu guru-guru untuk lebih
bersemangat dalam menunjukkan perhatiannya terhadap proses
perbaikan dan pengembangan proses pembelajaran.
diharapkan guru-guru di kelas, sehingga memacu guru-guru untuk lebih
bersemangat dalam menunjukkan perhatiannya terhadap proses
perbaikan dan pengembangan proses pembelajaran.
2. Pembicaraan individual
yang dilakukan Kepala
Sekolah dapat
meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dari
pembicaraan individual bagi guru-guru dapat menambah keyakinannya
untuk mengetahui dan memahami sisi kelemahan dan kekuatannya
dalam proses pembelajaran di kelas.
meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dari
pembicaraan individual bagi guru-guru dapat menambah keyakinannya
untuk mengetahui dan memahami sisi kelemahan dan kekuatannya
dalam proses pembelajaran di kelas.
3. Pembinaan guru melalui
gugus sekolah sangat dibutuhkan guru sebagai
wadah dalam membantu guru-guru untuk mendapatkan bermacam-
macam informasi dan pengetahuan mengenai proses pembelajaran.
Selain itu gugus sekolah menjadi wadah untuk mengaktualisasikan
potensi dan kemampuan guru-guru untuk memperbaiki dan
mengembangkan tugas-tugasnya.
wadah dalam membantu guru-guru untuk mendapatkan bermacam-
macam informasi dan pengetahuan mengenai proses pembelajaran.
Selain itu gugus sekolah menjadi wadah untuk mengaktualisasikan
potensi dan kemampuan guru-guru untuk memperbaiki dan
mengembangkan tugas-tugasnya.
32
B. Rekomendasi
Penerapan
model siklus dalam
pembinaan guru dalam
upaya meningkatkan kinerja guru
dan produktivitas sekolah
dapat terlaksana dengan baik, apabila memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Kemampuan berkomunikasi
antara Kepala sekolah
dan guru dapat
terjalin dengan harmonis apabila dilandasi dengan sikap saling
menghargai dan menghormati.
terjalin dengan harmonis apabila dilandasi dengan sikap saling
menghargai dan menghormati.
2. Dalam pelaksanaan
pembinaan terhadap guru harus mempertimbangkan
situasi dan kondisi yang dihadapi guru, termasuk waktu, tempat, dan
tujuan yang hendak dicapai.
situasi dan kondisi yang dihadapi guru, termasuk waktu, tempat, dan
tujuan yang hendak dicapai.
3. Pembinaan
guru untuk meningkatkan kinerja
guru diupayakan
dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan.
dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan.
33
DAFTAR PUSTAKA
Ali Imron. (1995). Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya
Castetter
William B. (1981). The
Personal Function in
Educational
Administration.
Depdikbud. (1983).
Strategi
Dasar Pembinaan dan
Pengembangan
Pendidikan
Guru. Jakarta: Direktorat Pendidikan Guru dan
Tenaga
Teknis
…………… (1986). Kurikulum Sekolah Dasar Pedoman Pembinaan
Guru.
Jakarta: Depdikbud
Jakarta: Depdikbud
…………… (1988). Sistem
Pembinaan Profesional Guru. Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Sahertian. Piet.A. (1994). Profil Pendidik
Profesional.
Yogyakarta: Andi
Offset
Offset
Kasihani Kasbolah E.S., (1999) Penelitian
Tindakan Kelas. Proyek
Pendidikan Guru Sekolah Dasar: Dikti Depdikbud
UNESCO.
1996. What
Makes a Good
Teacher? Children Speak
Their
Minds, Paris.
Minds, Paris.
34
LAMPIRAN-LAMPIRAN
35
PANDUAN PELAKSANAAN
PEMBICARAAN INDIVIDUAL
PEMBICARAAN INDIVIDUAL
Hari/Tanggal : …………………………….
Nama Guru :
………………………………………
NIP :
……………………
Permasalahan
Penyebab Terjadinya Masalah
Alternatif Pemecahan Masalah
Pengambilan Keputusan
36