Wahyuni SPd MH : Bersyukur Bisa Di Tengah Terus Berupaya Menempati Posisi Atas

Wahyuni, SPd, MPd mengaku bersyukur lantaran dibandingkan dengan 14 kecamatan se-Kabupaten Demak, kondisi pendidikan di wilayah kerjanya, yakni Gajah, masih berada di posisi tengah. Perempuan kelahiran 19 Januari 1962 yang cukup lama menjabat Kepala UPTD Kecamatan Gajah ini pun bertekat bisa merangsak ke posisi atas.

Karena itulah, Wahyuni terus memotifasi jajarannya, termasuk juga kepada ratusan guru dan 34 kepala SD yang ada di kecamatan penghasil padi terbesar se-Kabupaten Demak ini. Maka kemudian ia menjalankan berbagai strategi, di antaranya meningkatkan koordinasi dengan pemerintah kecamatan maupun desa.   
 “Bukan perkara gampang membawa pendidikan Gajah yang beberapa tahun lalu sempat terpuruk, hingga kini bisa menempati urutan tengah. Namun juga tidaklah teramat berat lantaran stakholder pendidikan di kecamatan ini ternyata bisa saling bahu membahu, serta memiliki komitmen tinggi untuk mencapai kemajuan demi kemajuan,” kata ibu dari 3 putra ini.   
Menjadi kepala UPTD, istri anggota Polsek Karangtengah, Abdul Fatah ini, mengaku mengemban dua tanggung jawab sekaligus. Pertama, karena menjadi satu-satunya wanita yang menduduki jabatan itu, ia merasa bertanggung jawab membawa harum nama kaumnya. Kemudian yang kedua, tentu saja ia bertanggung jawab untuk meningkatan derajad pendidikan masyarakat Gajah secara umum.
“Meski tidak yang terbaik, jangan sampai menjadi yang paling buruk. Saya merasa mewakili kaum wanita. Usaha keras dan melakukan yang terbaik, dua tekat itulah yang memungkinkan tidak membuat malu kaum saya. Dan kebetulan, Camat Gajah juga seorang perempuan sehingga saya bisa lebih mudah dalam melakukan koordinasi,” ujarnya.
Dikatakan, potensi pendidikan Gajah untuk menduduki urutan atas cukup terbuka mengingat saat ini tidak sedikit prestasi yang berhasil diraih para pelajar di 34 SD. Kurang lebih mulai tiga tahun lalu, silih berganti prestasi di bidang akademik maupun non akademik dari even tingkat kabupaten hingga propinsi mampu disumbangkan siswa-siswi Gajah.
Prestasi dimaksud antara lain juara tingkat kabupaten dan dua propinsi lomba karawitan yang diraih pelajar SD Banjarsari 1, juga juara tari tingkat kabupaten oleh siswi SD Jatisono 1. Selain itu juga juara dokter kecil tingkat kabupaten oleh siswa SD Boyolali, serta juara dua voli dan juara tiga sepak takraw tingkat kabupaten yang berhasil diraih para pelajar SDSN Gajah 2.   
“SDSN Gajah 2 juga kerap mewakili kecamatan dalam pemilihan siswa berprestasi tingkat kabupaten. Sekolah hasil regrouping SD Gajah 2 dengan 3 itu memang unggul di bidang akademik. Kemajuannya memang kian moncer setelah diregrouping dan menyandang status SDSN,” kata Wahyuni.
Adapun untuk bidang non akademik, lanjut dia, kemampuan semua SD di Kecamatan Gajah dinilai relatif imbang. Tidak ada yang sangat menonjol. Tidak ada pula yang jauh tertinggal. Masing-masing mempunyai kelebihan tersendiri. Sejauh ini pihaknya tinggal mendorong dan mengarahkan, serta memberikan sedikit sentuhan sehingga potensi yang ada mampu menghasilkan prestasi.
 Puluhan siswa peroleh nilai 10
Wahyuni juga mengaku bangga karena hasil ujian nasional siswa kelas enam tahun ini cukup memuaskan. Seluruh peserta UN dari 34 SD tak satupun dinyatakan gagal. Seluruhnya lulus, bahkan puluhan di antaranya berhasil mendapat nilai 10. Untuk mengapresiasi keberhasilan itu, siswa yang memperoleh nilai UN 10 berhak atas uang Rp 100 ribu.
“Uang yang kita gunakan untuk itu merupakan sumbangan dari salah satu pengawas SD UPTD Gajah, yakni Bu Hj Eri. Yang bersangkutan kebetulan pengusaha sukses dan alhamdulilah kepeduliannya terhadap pendidikan juga sangat tinggi. Saya pribadi berterima kasih karena sumbangan istri Kades Ngaluran ini cukup memotifasi siswa, sehingga terbukti banyak yang berhasil memperoleh nilai sempurna,” ungkap Wahyuni.      
Kemajuan pendidikan di Kecamatan Gajah, lanjut dia, juga terlihat dari meningkatnya jumlah lembaga PAUD dan TK. Setidaknya tiga tahun terakhir, hampir seluruh anak yang mendaftar SD sebelumnya berasal dari TK. Kondisi demikian tentu saja memudahkan para tenaga pendidik SD. Mereka menjadi lebih mudah dalam mendidik anak karena telah mendapat bekal memadai dari TK masing-masing.     
“Manfaat keberadaan lembaga PAUD dan TK memang sangat strategis. Makanya saya berharap agar pihak desa dan kecamatan juga turut mendorong berkembangnya lembaga itu. Alhamdulilah, saat ini di setiap desa minimal terdapat satu TK. Dan hampir semua TK yang ada di desa memperoleh bantuan dari pemerintah setempat,” ungkapnya.
Kendati demikian, Wahyuni mengaku telah pula mengingatkan semua kepala SD untuk bijaksana dan tidak saklek. Maksudnya, mereka tidak boleh hanya menerima para lulusan TK untuk menjadi peserta didik baru. Namun, pihak SD juga wajib memberi kesempatan kepada anak yang tak pernah mengikuti pendidikan TK, asalkan yang bersangkutan memenuhi syarat.
“Sesuai aturan, syarat utama masuk SD bukanlah ijazah TK. Namun umur yang bersangkutan minimal 6 tahun pada saat dibukanya pendaftaran. Saya tegaskan, jika ada anak yang umurnya kurang dari 6 tahun didaftarkan SD, maka pihak sekolah wajib meminta orang tua bersangkutan untuk membawa surat keterangan dari psikolog,” tegas Wahyuni.
Menurutnya, kematangan usia anak berdampak terhadap perkembangan pendidikan di masa mendatang. Jika memaksakan pendidikan yang kurang sesuai dengan tingkatan umur, anak bersangkutan sangat mungkin menjadi sulit mengikutinya. Dia akan tertinggal oleh teman-teman yang usianya lebih matang. Diapun berpotensi minder dan akhirnya cenderung malas, sehingga tidak naik kelas bahkan memilih untuk berhenti sekolah.
“Makanya, pada penerimaan peserta didik baru Juli ini saya tekankan kepada para kepala SD untuk benar-benar memperhatikan soal usia anak. Sebisa mungkin jangan menerima peserta didik yang belum cukup umur karena justru nanti kasihan anaknya,” katanya.
Dia menambahkan, apa yang telah dicapainya tak lepas dari dukungan 3 orang pengawas, seorang penilik pendidikan non formal, serta 5 staf di UPTD Dikpora Kecamatan Gajah. Dukungan mereka selama ini diakuinya menjadi penyemangat tersendiri dalam upaya memajukan derajad pendidikan masyarakat Gajah.
“Apalagi saya seorang wanita. Saya sadar betul banyak memiliki keterbatasan. Jika dibandingkan 13 kepala UPTD lain yang semuanya laki-laki, gerak langkah saya pastilah paling sempit. Namun berkat dukungan teman-teman saya justru mampu berlari kencang. Alhamdulilah saya pun tidak menduduki posisi yang terbelakang,” pungkasnya.  (Anang)